BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Pembahasan
Segala puji hanyalah
kepunyaan Allah, yang telah menjadikan sebab untuk segala perkara, Mampelajari
teknik pengumpulan data yang ada dalam makalah ini, semoga akan menambah
perbendaharaan ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan pandangan, menemukan
perspektif baru, serta mendapatkan hal-hal yang baru. Lebih jauh lagi,
mempelajari teknik pengumpulan data dapat mendorong kita lebih giat lagi untuk
meneliti dan mendapatkan keabsahan data, yang nantinya akan dijadikan sebuah
karya dan kebenaran.
- Rumusan Pembahasan
Adapun pembahasan yang ada dalam makalah ini yaitu :
- Teknik
Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kuantitatif
- Teknik
Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif
- Tujuan
Adapun tujuan yang
diambil oleh penyusun dalam pembuatan makalah ini adalah disamping memenuhi
tugas kelompok juga untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai teknik
pengumpulan data dalam hal pendidikan tentunya, juga untuk semata-mata hanya
mencari ridha ALLAH SWT dalam rangka melaksanakan kewajiban untuk menuntut
ilmu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
Untuk
memperoleh data atau informasi dalam studi kasus tentu perlu dilakukan kegiatan
pengumpulan data. Data sebagai informasi awal yang dibutuhkan sebagai penunjang
studi kasus, untuk itu diperlukan data-data mengenai klien dalam aspek-aspek sebagai
berikut:
pengumpulan data. Data sebagai informasi awal yang dibutuhkan sebagai penunjang
studi kasus, untuk itu diperlukan data-data mengenai klien dalam aspek-aspek sebagai
berikut:
Latar
belakang keluarga; data tentang orang tua, saudara-saudara, taraf sosial
ekonomi
keluarga, suasana kehidupan keluarga, adapt istiadat, pola asuh orang tua.
Riwayat sekolah ; jenjang pendidikan sekolah yang telah diselesaikan dalam waktu berapa tahun, tamat dimana, tahu berapa, kesulitan belajar yang dialami.
Taraf prestasi ; dalam bidang-bidang studi yang mempunyai relevansi bagi perencanaan
pendidikan lanjutan dan penentuan jabatan kelak.
keluarga, suasana kehidupan keluarga, adapt istiadat, pola asuh orang tua.
Riwayat sekolah ; jenjang pendidikan sekolah yang telah diselesaikan dalam waktu berapa tahun, tamat dimana, tahu berapa, kesulitan belajar yang dialami.
Taraf prestasi ; dalam bidang-bidang studi yang mempunyai relevansi bagi perencanaan
pendidikan lanjutan dan penentuan jabatan kelak.
Taraf
kemampuan intelektual atau kemampuan akademik ; kemampuan untuk mencapai
prestasi disekolah yang didalamnya berpikir memegang peranan pokok.
prestasi disekolah yang didalamnya berpikir memegang peranan pokok.
Bakat
khusus ; kemampuan untuk mencapai prestasi yang tinggi di bidang tertentu.
Minat terhadap bidang studi dan bidang pekerjaan tertentu; kecenderungan menetap
untuk merasa tertarik pada sesuatu.
Minat terhadap bidang studi dan bidang pekerjaan tertentu; kecenderungan menetap
untuk merasa tertarik pada sesuatu.
Pengalaman
diluar sekolah; kegiatan dalam organisasi muda-mudi dan pengalaman kerja.
Ciri-ciri
keperibadian yang tidak termasuk kedalam no 4 ,5, 6 diatas; sifat tempramen,
sifat karakter, corak kehidupan emosional, nilai-nilai kehidupan yang dijunjung tinggi,
kadar pergaulan social dengan teman-teman sebaya, sikap dalam menghadapai
permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, keadaan mental dsb.
Kesehatan jasmani; keadaan kesehatan pada umumnya, gangguan pada alat-alat indera,
cacat jasmani dan penyakit serius yang pernah diderita.
sifat karakter, corak kehidupan emosional, nilai-nilai kehidupan yang dijunjung tinggi,
kadar pergaulan social dengan teman-teman sebaya, sikap dalam menghadapai
permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, keadaan mental dsb.
Kesehatan jasmani; keadaan kesehatan pada umumnya, gangguan pada alat-alat indera,
cacat jasmani dan penyakit serius yang pernah diderita.
1.
Angket
Angket adalah suatu Alat yang memuat sejumlah item atau pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa secara tertulis
juga. Dengan mengisi angket ini siswa memberikan keterangan tentang sejumlah hal
yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti keterangan tentang keluarga, kesehatan
jasmani, riwayat pendidikan, pengalaman belajar sekolah dan dirumah, pergaulan
social, rencana pendidikan lanjutan, kegiatan diluar sekolah, hobi dan mungkin kesukaran
yang mungkin dihadapi.
Keunggulan : Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan.
Pengisiannya dapat dilakukan dikelas, siswa dapat menjawab sesuai dengan keadaannya tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Keunggulan : Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan.
Pengisiannya dapat dilakukan dikelas, siswa dapat menjawab sesuai dengan keadaannya tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Kelemahan
: Siswa tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena jawaban terbatas
pada hal- hal yang ditanyakan. Siswa dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya jika dia menghendaki demikian. Jawaban hanya mengungkap keadaan
siswa pada saat angket diisi.
2.
Tes
Test merupakan suatu
metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek
dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran
(measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang
diteliti. Keunggulan metode ini adalah : Lebih akurat karena test
berulang-ulang direvisi. Instrument penelitian yang objektif.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah : Hanya mengukur satu aspek data.
Memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang. Hanya mengukur keadaan siswa pada saat test itu dilakukan.
Sedangkan kelemahan metode ini adalah : Hanya mengukur satu aspek data.
Memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang. Hanya mengukur keadaan siswa pada saat test itu dilakukan.
Jenis-Jenis Test
1. Tes Intelegensi. Tes
kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berfikir, terutama berkaitan dengan
potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah (Mental ability
Test; Intelegence Test; Academic Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis
data yang dapat diambil dari tes ini
adalah kemampuan intelektual atau kemampuan akademik.
2. Tes Bakat. Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang
untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional
tertentu atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes
kemampuan intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude Test ). Kemampuan
khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi, hasil belajar, minat
dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam
suatu bidang tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar dibidang
itu.
3. Tes Minat. Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling
disukai seseorang. Tes macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih
macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai baginya (Test of Vocational
Interest).
4. Tes Kepribadian. Tes
kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif,
sepertisifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan
mental, relasi-relasi social dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan
yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri. Tes Proyektif, meneliti
sifat-sifat kepribadian seseorangmelalui reaksi-reaksinya terhadap suatu kisah,
suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri
kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah
pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi
emosional, yang khas untuk orang itu. Kelemahan Tes Proyektif hanya
diadministrasi oleh seorang psikolog yang berpengalaman dalam menggunakan alat
itu dan ahli dalam menafsirkannya.
5. Tes Perkembangan
Vokasional. Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal
kesadaran kelak akan memangku suatu
pekerjaan atau jabatan (vocation); dalam memikirkan hubungan antara memangku
suatu jabatan dan cirri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis;
dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya
sendiri. Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam
mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaan (career maturity).
6. Tes Hasil Belajar
(Achievement Test). Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai
bidang studi, jenis data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar
(Achievement Test) ini adalah taraf prestasi dalam belajar.
3.
Check List
Penataan data dilakukan
dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat nama
observer dan jenis gejala yang diamati.
observer dan jenis gejala yang diamati.
4.
Teknik Pengambilan Sampel
Sampel
adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Masalah sampel dalam suatu
penelitian timbul disebabkan hal
berikut ini:
a. Penelitian bermaksud mereduksi objek
penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga
harus meneliti sebagian saja
dari populasi.
b. Penelitian
bermaksud mengadakan generalisasi dari hasilhasil kepenelitiannya,
dalam arti mengenakan kesimpulankesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas (Sutrisno Hadi, 1980: 70).
Adapun alas an-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel
diantaranya :
Ø Ukuran populasi
Ø Masalah biaya
Ø Masalah waktu
Ø Percobaan yang
sifatnya merusak
Ø Masalah ketelitian
Ø Masalah ekonomis
B.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Menurut lofland dan lofland (1984 : 47) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian
ini jenis datanya dibagi kedalam wawancara / kata-kata dan pengamatan / tindakan,
dan dokumentasi.
1.
Wawancara
Pembahasan tentang wawancara akan mempersoalkan
beberapa segi yang mencakup pengertian, dan macam-macam wawancara. Bentuk-bentuk
pertanyaan, menata urutan pertanyaan, perencanaan wawancara, dan wawancara
kelompok focus.
a)
Pengertian dan macam-macam
wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu Pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan Terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. Makasud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan
oleh Lincoln dan guba (1985 : 266), antara lain : mengkontruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain
kebulatan. Merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa
lalu memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami
pada masa yang akan dating, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi
yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi)
dan memverifikasi mengubah dan memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh
peneliti sebagai pengecekan anggota.
Ada beberapa macam-macam cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan
dalam kepustakaan, duan diantaranya dikemukakan disini.
Cara pembagian pertama dikemukakan oleh patton (1980 : 197) sebagai
berikut :
(a) wawancara pembicaraan informal
(b) pendekatang menggunakan petunjuk umum wawancara, dan
(c) wawancara baku terbuka.
b)
Bentuk-bentuk pertanyaan
Jika pewawancara hendak mempersiapkan suatu wawancara, ia perlu membuat
beberapa keputusan. Keputusan itu berkenaan dengan pertanyaan apa yang perlu
ditanyakan, bagaimana mengurutkannya, sejauh mana kekhususan pertanyaan itu,
berapa lama wawancara itu, dan bagaimana memformulasikan pertanyaan itu. Patton
(1980:207-211) memberikan enam jenis pertanyaan dan setiap pertanyaan yang
diajukan oleh pewawancara akan terkait dengan salah satu pertanyaan lainnya.
1. pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku
2. pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai
3. pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
4. pertanyaan tentang pengetahuan
5. pertanyaan yang berkaitan dengan indera
6. pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
c)
Penata urutan pertanyaan
Ada tiga cara peñata urutan pertanyaan, menurut guba dan Lincoln
(1981:180-183), yaitu
1. bentuk cerobong
2. kebalikan bentuk cerobong
3. rencana kuintamensional
Pada tata urutan bentuk cerobong pertanyaan-pertanyaan dimulai dari segi
yang umum mengarah kepada yang khusus. Setiap pertanyaan berikutnya berkaitan
dengan yang sebelumnya dengan bentuk yang semakin menyempit dan makin mengkhusus.
Tata urutan bentuk kebalikan dari cerobong adalah yang cara penyusunan pertanyaanya
terbalik jika dibandingkan dengan bentuk cerobong. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dimulai dengan pertanyaan yang khusus terlebih dahulu, kemudian makin
ke umum. Tata urutan bentuk ini terutama bermanfaat dalam memotivasi responden
yang pada mulanya malu-malu makin menjadi berani dan akhirnya terbiasa. Hal ini
dapat pula diterapkan sewaktu yang terwawancara merasa terancam oleh
pertanyaan-pertanyaan yang cukup sensitive.
Cara peñata urutan-urutan kuintamensional adalah cara memfokuskan
pertanyaan dari dimensi kesadaran deskriftif menuju dimensi-dimensi afektif,
perilaku, perasaan, atau sikap. Jadi, pertanyaan pertama hendaknya mulai dengan
suatu yang menunjukan kesadaran, misalnya “apakah anda menyaksikan pertengkaran
yang terjadi antara alif dan roni di halaman kampus ?”, pertanyaan ketiga harus
memfokus pada bagian-bagian khusus tentang suatu isu :”apakah anda benar-benar
tahu tentang perkelahian itu ?”. terakhir pewawancara harus menanyakan
intensitasnya, yaitu pertanyaan yang bermaksud mendalamiintensitas dari
akibatnya disekitar peristiwa itu.
d)
Perencanaan wawancara
Perencanaan
yang diuraikan di sini menitikberatkan
wawancara tak terstruktur karena untuk wawancara terstruktur sudah cukup petunjuk yang tersedia.
Persiapan wawancara tak terstruktur dapat diselenggarakan
menurut tahap-tahap tertentu. Tahap pertama ialah menemukan siapa yang
akan diwawancarai. Barangkali pada suatu
saat pilihan hanya berkisar di antara beberapa orang yang memenuhi persyaratan. Mereka adalah yang berperan, yang
pengetahuannya luas tentang daerah atau lembaga tempat
penelitian, dan yang suka bekerja sama untuk kegiatan penelitian yang sedang dilakukan. Pada dasarnya masalah penelitianlah yang membimbing
pewawancara untuk menentukan responden
yang diwawancarai. Jika ditemukan hanya
satu atau dua orang, sedangkan oleh pewawancara dirasakan masih kurang, maka pewawancara dapat menanyakan kepada terwawancara siapa-siapa lagi
yang kiranya memenuhi persyaratan
untuk keperluan itu.
Langkah
kedua ialah mencart tahu bagaimana
cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan
responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan,
dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga yang
menghubungi, tetapi peneliti
sendirilah yang melakukannya.
Langkah ketiga ialah mengadakan
persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara. Hal ini berarti
pewawancara hendaknya, mengadakan
latihan terlebih dahulu bagaimana memperkenalkan diri dan memberikan ikhtisar
singkat tentang penelitian.
Peneliti juga perlu melakukan pekerjaan
rumah.untuk mempelajari minat dan perhatiannya, perialanan
kariernya, dan kegemarannya. la harus menyadari sekarang bertugas dalam pekerjaan apa, bagaimana penilaian masyarakat tentang pekerjaan, perilaku, dan
karyanya. Mempelajari hal itu
bermanfaat bagi pewawancara sendiri sewaktu
berada dalam proses wawancara. Pengetahuan yang dimilikinya dapat menghangatkan wawancara, memecahkan dinginnya
wawancara, dan sebagainya
e)
Pelaksanaan dan kegiatan
sesudah wawancara
Kegitan
sesudah wawancara berakhir cukup penting artinya bagi pewawancara dalam rangka pengecekan keabsahan data. Selain
itu, pewawancara hendaknya menggunakan waktu itu untuk mengecek kualitas
datanya. Pertarna-tama periksalah, apakah alat perekam berfungsi dengan
baik atau tidak. Jika sekiranya rusak atau
ada gangguan, secepatnya pewawancara membuat
catatan lapangan secara lengkap berdasarkan catatan yang telah
dibuatnya. Walaupun alat perekam -nya berfungsi dengan baik, pewawancara
tetap perlu membuat catatan lapangan.
Dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertentu sebagai acuan, adakanlah pemeriksaan
terhadap hal-hal yang diperlukan, seperti:
Apakah seluruh informasi yang diperlukan dalam wawancara semuanya telah
terjaring? Jika belum, apa persoalannya? Apakah perumusan dan pengajuan pertanyaan
kurang memadai? Apakah pertanyaannya dirumuskan secara salah ataukah cara
pengajuannya yang tidak tepat?
Catatan lainnya tentang wawancara perlu
pula dilakukan seperti di mana wawancara itu dilakukan, siapa yang menjadi terwawancara,
bagaimana reaksinya, bagaimana peranan pewawancara
itu sendiri, dan hal-hal apa saja yang dapat dicatat untuk memperkaya
konteks wawancara. Di samping yang telah dikemukakan, sesudah wawancara dituntut disiplin yang tinggi dari pewawancara
untuk mengorganisasi dan
mensistematisasi data agar siap dijadikan
bahan analisis.
2.
Pengamatan
Beberapa pokok
persoalan yang dibahas di sini mencakup
(1) alasan pemanfaatan pengamatan, (2)
macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat, (3) apa yang
diamati, (4) pengamatan dan pencatatan data, (5) pengamat yang diamati, dan (6) kelemahan pengamatan.
a.
Alasan
Pemanfaatan Pengamatan
Ada
beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya
seperti yang dikemukakan oleh Guba dan
Lincoln (1981:191-193) sebagai berikut ini.
Pertama, teknik
pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Bukankah pengalaman adalah guru
yang terbaik atau setelah melihat baru
percaya? Tampaknya pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk
mengetes suatu kebenaran. Jika suatu
data yang diperoleh kurang menyakinkan, biasanya peneliti ingin
menanyakannya kepada subjek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan
data tersebut, jalan yang ditempuhnya adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung
peristiwanya.
Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya.
Ketiga,
pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan
pengetahuan proposisional maupun
pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau
bias. Kemungkinan keliru itu terjadi karena
kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil wawancara, adanya jarak.antara peneliti dan yang
diwawancarai, ataupun karena reaksi
peneliti yang emosional pada suatu saat. Jalan yang terbaik untuk mengecek
kepercayaan data tersebut ialah dengan
jalan memanfaatkan pengamatan.
Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu
memahami situasi-situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan
untuk perilaku yang kompleks.
Keenam,
dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,
pengamatan dapat menjadi alat yang
sangat bermanfaat. Misalkan seseorang mengamati
perilaku bayi yang belum bisa berbicara atau mengamati
orang-orang yang berkelainan, dan sebagainya.
Jika
diikhtisarkan, alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah: pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,
perhatian, perilaku tak sadar,
kebiasaan, dan sebagainya; pengamatan memungkinkan
pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat
itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek,
menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan
para subjek pada keadaan waktu
itu; pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati
oleh subjek sehingga
memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data;
pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik
dari pihaknya maupun dari pihak
subjek.
b.
Macam-macam
Pengamatan dan Derajat Peranan Pengamat
1)
Berperan Serta Secara Lengkap
Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang
diamatinya. Dengan demikian ia dapat memperoleh informasi apa saja yang
dibutuhkannya, termasuk yang dirahasiakan sekalipun.
2)
pemeran serta sebagai pengamat
Peranan peneliti sebagai
pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi
melakukan fungsi pengamatan. Ia sebagai anggota pura-pura, jadi
tidak melebur dalam arti
sesugguhnya. Peranan demikian masih membatasi
para subjek menyerahkan dan
memberikan informasi terutama
yang bersifat rahasia.
3)
pengamat sebagai pemeran serta
Peranan pengamat secara
terbuka diketahui oleh umum
bahkan mungkin ia atau mereka disponsori oleh
para subjek. Karena itu maka segala
macam informasi termasuk rahasia sekalipun
dapat dengan mudah diperolehnya.
4)
Pengamat penuh
Biasanya hal ini terjadi pada pengamatan
sesuatu eksperimen di laboratorium yang menggunakan kaca sepihak (one
way screen). Peneliti dengan bebas mengamati secara jelas subjeknya dari belakang kaca sedang
subjeknya sama sekali tidak mengetahui
apakah mereka sedang diamati.
c.
Apa yang Diamati
Yang jelas, manusia tidak
mungkin mengamati segala sesuatu. Manusia sebagai pengamat
tidak sama dengan kamera film 8mm atau 16mm. Kamera film
pun harus diarahkan dengan tepat untuk mengambil film tenting suatu peristiwa yang terjadi. Kamera film saja
pun terbatas dalam biding
penyorotannya dan hanya akin mengambil film pada sesuatu yang disorotnya. Baik manusia sebagai pengamat maupun
kamera film, keduanya harus mempunyai. fokus (Patton 1980:137).
Guna
melengkapi apa yang seharusnya dapat diamati, Patton
(1980:138) menyatakan bahwa hal itu bergantung pada jenis dan variasi pendekatan pengamatan yang diperankan oleh pengamat itu sendiri. Ada lima dimensi pada suatu kontinuum.
Pertama,
ditinjau dari segi
peranan pengamat yang diamati. Peranan pengamat itu ialah pada latar pengamatan sebagian, atau pengamatan oleh orang luar.
Kedua,
ditinjau dari segi
gambaran peranan peneliti terhadap yang lainnya. Pada pengamatan terbuka, subjek mengetahui persis bahwa pengamatan sedang
dilakukan oleh seorang pengamat. Pada
situasi lainnya, pengamat hanya diketahui
oleh sebagian, sedangkan sebagian lainnya, tidak mengetahuinya. Situasi lain
lagi, yaitu pada pengamatan tertutup,
subjek sama sekali tidak mengetahui kehadiran
pengamat dan tidak mengetahui bahwa sedang diadakan pengamatan.
Ketiga, berkenaan dengan gambaran maksud pengamat terhadap lainnya. Pada sisi yang satu,
kepada seluruh subjek diberitahukan
maksud dan tujuan pengamatan. Penjelasan tentang maksud barangkali hanya diberitahukan
kepada sebagian subjek, dan
yang lainnya tidak diberitahu. Pada pengamatan
tertutup maksud itu tidak diberitahukan sama sekali. Masih ada lagi yang lainnya, yaitu dengan
sengaja peneliti memberitahukan
maksudnya, tetapi secara tersamar atau disembunyikan atau barangkali maksudnya
dibuat terbalik.
Keempat,
dimensi ini berkenan dengan. lamanya
pengamatan dilakukan. Pengamatan
dilakukan hanya pada saat yang singkat,
misalnya satu jam, barangkali secara berulang. Di pihak lain pengamatan dilakukan untuk jangka waktu yang alam, barangkali berbulan-bulan atau
menahun, seperti pengamatan berganda.
Terakhir,
fokus suatu pengamatan. Di satu sisi fokus studi untuk keperluan pengamatan
sangat sempit. Di pihak lain fokus studi itu secara meluas, yaitu dari segi
pandangan keutuhan (holistik)
jadi mencakup seluruh latar dengan unsur-unsurnya.
Uraian tersebut di atas
menyatakan adanya variasi dari dimensi-dimensi pengamatan yang sekaligus
menyatakan bahwa apa yang
diamati itu pun bervariasi dan kesemuanya diarahkan
oleh fokus suatu studi. Pengamat jelas berperan secara aktif dalam latar pengamatan, dan hal itu dipersoalkan pada uraian berikut ini.
d.
Pengamatan dan Pencatatan Data
Pada zaman ini banyak alat yang digunakan sebagai pengganti alat pengamatan oleh manusia. Penggunaan video-recorder adalah yang paling menonjol. Kegunaannya cukup banyak walaupun kelemahannya ada juga.
Keuntungannya antara lain: dapat diamati dan didengar secara berulang sehingga apa yang diragukan dalam penafsiran
datanya langsung dapat dicek; video-tape dapat dianalisis kembali
oleh peneliti
lainnya; memberikan dasar yang kuat dan dapat dicek kembali dengan mudah. Kelemahan penggunaan
alat elektronik itu jelas juga
seperti memakan waktu, biaya, dan situasi latar
pengamatan terganggu.
Melihat kelemahan dan kemampuan
rata-rata peneliti (kecuali penelitian yang dibiayai oleh
proyek tertentu), pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sendiri masih tetap besar
peranannya dalam dunia penelitian. Melakukan pengamatan tidak bisa berdiri sendiri, artin.ya tidak dapat dilakukan
tanpa pencatatan datanya. Beberapa petunjuk penting diberikan oleh Guba dan Lincoln (1981:203-306) mengenai pembuatan catatan seperti berikut
ini.
1)
Buatlah catatan lapangan
2)
Buku harian pengalaman lapangan
3)
Catatan tentang satuan-satuan
tematis
4)
Catatan kronologis
5)
Peta konteks
6)
Taksonomi dan system kategori
7)
Jadwal
8)
Sosiometrik
9)
Panel
10) Balikan melalui kuesioner
11) Balikan melalui pengamatan lainnya
12) Daftar cek
13) Alat elektronik
14) Alat yang dinamakan topeng steno
e.
Pengamat yang Diamati
Ada dua macam kemungkinan: Pertama, peranan pengamat pasif,
diam, hanya mencatat, dan tidak memperlihatkan ekspresi muka apa-apa. Namun, perlu diperhatikan bahwa biasanya peranan pasif demikian tidak akan
efektif dalam penjaringan data. Kedua, sebaliknya sebagai manusia biasanya pengamat bertindak aktif tidak hanya
mengamati, tetapi dalam keadaan tertentu berbicara, berkelakar, dan
sebagainya. Jika kehadirannya aktif, ia sendiri sebagai pengamat diamati juga oleh para subjek, dan hal itu
diharapkan akan mempengaruhi pekerjaannya. Namun, pada dasarnya
pekerjaan pengamatan hendaknya
dilakukan dengan bersikap dan bertingkah laku yang baik, dan dengan tindakan yang memadai
barulah data yang diharapkan dapat terjaring sepenuhnya (Schaltzman dan Strauss, 1973:63-64). peranan aktif demikian sangat diharapkan, tetapi
sebaliknya bisa mempengaruhi subjek
sehingga informasi yang diperolehnya terkotori
oleh kehadiran dan keaktifannya.
Persoalan yang muncul
sehubungan dengan hal itu ialah apabila
la aktif, la akan diamati sehingga menimbulkan perubahan; tetapi sebaliknya,
kehadirannya secara pasif tanpa
melakukan sesuatu akan dapat menimbulkan perubahan juga. Bagaimanakah hal itu
dapat diatasi? Jelas bahwa hal itu merupakan persoalan yang pengamat paling
berpengalaman pun tidak akan dapat berbuat apa-apa. Dalam hal
demikian peneliti perlu berasumsi bahwa perubahan seperti itu tanpa kehadirannya pun akan terjadi sehingga pengumpulan datanya dapat terus dilakukan.
Dalam
menghadapi persoalan demikian hendaknya peneliti
bertindak wajar, manusiawi, dan jangan berkelebihan (over
acting). Berbicaralah, tersenyumlah, dan
berkelakarlah sebagaimana adanya. Menurut Salzman dan Strauss (1974: 64), dalam
kaitannya dengan hal itu peneliti memasukkan peran para subjeknya ke dalam dirinya. Dari sisi ini dan dari sisi dia sebagai pengamat ia perlu mengorganisasi
tindakannya. Hal itu berarti
bahwa tindakannya secara sosial dapat diterima
secara alamiah. Para subjek dengan demikian mengetahui pula kehadirannya dan
dalam waktu relative singkat mereka akan bertindak wajar.
f.
Kelemahan pengamatan
Pada pelaksanaan pengamatan, baik dari segi praktisnyamaupun dari segi
pengamat sendiri, terdapat beberapa kelemahan yang dikemukakan berikut ini.
Dari segi teknik pelksanaan,
kelemahan pengamatan terletak pada beberapa hal. Pertama, pengamat terbatas
dalam mengamati karena kedudukannya dalam kelompok, hubungannya dengan anggota,
dan yang semacamnya. Kedua, pengamatan
yang berperanserta sering sukar memisahkan diri walaupun hanya
sesaat untuk membuat catatan hasil pengamatannya.
Ketiga, hasil pengamatan berupa sejumlah besar
data sering sukar clan sangat memakan waktu untuk menganalisisnya. Di samping itu, dalam situasi pengamatan berperanserta, pengamat cenderung melakukan
pengamatan secara tidak sistematis. Untuk itu hendaknya peneliti selalu siap
dengan jadwal pengamatan agar hal demikian tidak terjadi.
Di pihak lain dari segi pengamat sendiri sukar untuk mengatasi hal itu jika padanya tidak ada umpan balik. Walaupun demikian, seperti sudah dikemukakan, mungkin saja
hal itu dapat diatasi jika kehadirannya akan membawa pengaruh pada latar; hal itu dapat didiskusikannya dengan informan,
misalnya. Jika tidak menguasai dirinya, is cenderung akan menciptakan hal yang keliru
karena sikap prasangkanya dan dengan asumsinya yang mungkin
mengarahkannya pada sesuatu
yang tidak sesuai dengan keadaan setempat.
Kelemahan-kelemahan
pelaksanaan yang diungkapkan di atas tentu saja jangan sampai melemahkan semangat dan tekad
peneliti untuk memanfaatkan teknik yang baik ini. Dengan mengetahui kelemahannya, justru seorang peneliti menyadarinya,
kemudian menciptakan strategi dan taktik untuk mengatasinya apabila
sudah berada. di lapangan penelitian.
Di samping
persoalan tersebut di atas, hendaknya sebelum
terjun ke latar penelitian yang sebenarnya calon peneliti atau peneliti hendaknya dilatih terlebih dahulu.
Latihan tersebut akan menajamkan kemampuan calon peneliti untuk
mendengar, melihat, merasakan,
menghayati, dan kemampuan mencatat yang
diperlukan. Latihan itu hendaknya dibimbing oleh dosen yang
sudah banyak berpengalaman, hasilnya dibahas, kelemahan-kelemahan diungkapkan dan dicontohkan
bagaimana mengatasinya, dan
sebagainya. Latihan demikian hendaknya pada
awalnya dilakukan pada latar buatan dan berakhir pada latar sebenarnya. Dengan demikian kiranya kemampuan mengadakan pengamatan yang baik akan
terpenuhi.
Dari penjelasan diatas dapat kita simak bahwa pengumpulan data dilapangan
dengan memanfaatkan pengamatan bias efektif, tetapi pengamat sendiri harus
berhati-hati memanfaatkannya.
3.
Dokumentasi
a.
Pengertian dan Kegunaan
Guba dan Lincoln (1981:228) mendefinisikannya seperti berikut : record
adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga
untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Dokumen ialah setiap bahan tertulis
ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang penyidik.
Pembahasan
di sini diarahkan pada dokumen dalam arti jika peneliti menemukan record,
tentu saja perlu dimanfaatkan. Dokumen biasanya dibagi atas dokumen
pribadi dan dokumen resmi.
Dokumen
sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai
sumber data karena dalam banyak hal
dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan, bahkan untuk
meramalkan.
Dokumen dan record digunakan untuk keperluan
penelitian, menurut Guba dan Lincoln (1981:235), karena alasanalasan
yang dapat dipertanggung-jawabkan seperti berikut ini.
1)
Dokumen
dan record digunakan karena
merupakan sumber yang stabil, kaya,
dan mendorong.
2)
Berguna
sebagai bukti untuk suatu
pengujian.
3)
Keduanya
berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah,
sesuai dengan konteks, lahir
dan berada dalam konteks.
4)
Record
relatif murah dan tidak sukar diperoleh,
tetapi dokumen harus dicari dan
ditemukan.
5)
Keduanya
tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan
teknik kajian isi.
6)
Hasil pengkajian isi akin membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu
yang diselidiki.
b.
Dokumen Pribadi
Dokumen
pribadi adalah
catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi ialah
untuk memperoleh kejadian nyata
tentang situasi sosial dan arti berbagai
faktor di sekitar subjek penelitian. Jika guru atau peneliti meminta siswa atau subjek untuk menuliskan berkesan
mereka, hal itu dipandang juga sebagai dokumen pribadi.
c.
Dokumen Resmi
Dokumen
resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat
tertentu yang digunakan dalam kalangan
sendiri. Termasuk di dalamnya risalah
atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya. Dokumen demikian dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan
dapat memberikan petunjuk tentang gaya
kepemimpinan.
Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan
oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
Dokumen eksternal dapat dimanfaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Untuk memperoleh data atau informasi dalam studi kasus tentu perlu
dilakukan kegiatan pengumpulan data. Data sebagai informasi awal yang
dibutuhkan sebagai penunjang studi kasus, ada beberapa cara dalam menggunakan
teknik pengumpulan data secara kuantitatif, diantaranya menggunakan metode atau
cara :
1.
Angket
2.
Tes
3.
Checklist, dan
4.
Teknik pengambilan sampel
Untuk penelitian yang menggunakan teknik kualitatif, Menurut lofland dan
lofland (1984 : 47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.
1.
Wawancara, teknik wawancara
sendiri mempunyai beberapa komponen lagi, diantaranya :
Pengertian dan macam-macam
wawancara
Bentuk-bentuk pertanyaan
Peñata urutan pertanyaan
Perencanaan wawancara
Pelaksanaan dan kegiatan
sesudah wawancara
2.
Pengamatan, Beberapa pokok persoalan yang dibahas di sini mencakup (1) alasan pemanfaatan pengamatan, (2) macam-macam pengamatan
dan derajat peranan pengamat, (3) apa yang diamati, (4) pengamatan
dan pencatatan data, (5) pengamat yang
diamati, dan (6) kelemahan pengamatan
3.
Dokumentasi, Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.
DAFTAR PUSTAKA
Lexy J Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Columbus, Ohio,
USA, 2005
S. Margono, Metodologi
Penelitian Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Semarang, 1996
H.M Ismadi, Multiple
Choice Items, Pengukuran Pendidikan, Lembaga Pembina Pendidikan, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, 1976
Hadari Nawawi, Metodologi
Penelitian Bidang Social, Gadjah Mada University Press, Pontianak, 1983
http://www.scribd.com/doc/16140897/Jenis-Data-Dan-Metode-Pengumpulan-Data
0 comments :
Post a Comment